Pages

Jumat, 14 April 2017

TRANSLASI MATA UANG ASING







  




Disusun Oleh :
Muhamad Muzani Sulaiman
25213747 / 4EB03
Tugas Mata Kuliah : Akuntansi Internasional




FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017






BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
            Perusahaan dengan operasi luar negeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan untuk mendapatkan pemahaman yang holistic atas operasi perusahaan, baik domestic dan luar negeri.Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan anak perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporaninduk perusahaan. Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang kemata uang lainnya disebut sebagai translasi.Kebanyakan masalah yang berkaitan dengan translasi mata uang berasal dari fakta bahwa nilai relative mata uang asing jarang sekali ditetapkan. Kurs nilai tukar variable, yang digabungkan dengan berbagai macam metode translasi yang dapatdigunakan dan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi, membuat perbandingan hasil keuangan satu perusahaan dengan perusahaan lain, atau perbandingan hasil suatu perusahaan yang sama dari satu periode ke periode lain sulitdilakukan. Keadaan ini merupakan tantangan tersendiri bagi perusahaanmultinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi hasil operasi dan posisikeuangan.
            Alasan tambahan untuk translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksimata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahanmata uang dan berkomunikasi dengan para pihak berkepentingan dari luar negeri.Untuk keperluan akuntansi, suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakanmenghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uangmenyebabkan mata uang induk perusahaan (pelaporan) juga berubah. Pengukuranresiko ini akan berbeda-beda tergantung dari metode translasi yang dipilih untuk digunakan oleh perusahaan.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan translasi mata uang asing?
2. Bagaimana metodologi dalam translasi mata uang asing?
3. Bagaimana keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing?
4. Bagaimana perkembangan akuntansi translasi mata uang asing?

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengatahui translasi mata uang asing
2. Untuk mengetahui metodelogi dalam translasi mata uang asing
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
4. Untuk mengetahui perkembangan akuntansi

4. Manfaat penelitian
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi Penulis
Bagi pihak penulis makalah ini diharapkan bermanfaat sebagai bagian dari proses belajar dan juga diharapkan akan menambah pengetahuan penulis dalam meningkatkan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dipelajari selama penulis menuntut ilmu.
2. Bagi Pihak Pembaca
Sebagai rujukan dan penambah wawasan dan pengetahuan terkait translasi mata uang asing.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Translasi Mata Uang Asing
                Translasi mata uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan.
            Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuahneraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang kedalam nilaiekuivalen dollar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak adatransaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi (pertukaran darisatu mata uang kemata uang secara fisik)Beberapa alasan mengapa translasi dilakukan adalah:

1. Agar para pembaca laporan keuangan mendapatkan pemahaman yang holisticatas operasi perusahaan, baik domestic dan luar negeri.

2. Translasi mata uang asing merupakan tantangan bagi perusahaanmultinasional untuk menyediakan pengungkapan informasi keuangan, karena banyak metode translasi yang dapat digunakan yang menyebabkan perbedaan perlakuan atas keuntungan dan kerugian translasi.

3. Untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur resiko suatu perusahaanterhadap pengaruh perubahan mata uang asing.

4. Translasi juga dapat digunakan untuk memberikan kemudahan bagi pembacalaporan keuangan, praktek ini sering disebut sebagai translasi kemudahan(Confenience), seperti yang dilakukan oleh banyak perusahaan di Jepang.

5. Nilai relatif mata uang asing jarang sekali ditetapkan.
            Translasi mata uang asing tidak sama dengan konversi (terjadi pertukaran fisik antar mata uang). Translasi mata uang asing merupakan translasi sederhana dalam satuan unit moneter. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi dalam translasi mata uang asing. dalam translasi mata uang asing juga tidak ada transaksi terkait yang terjadi, seperti yang dilakukan konversi. Transaksi mata uang asing bisa terjadi langsung dipasar spot, pasar forward, atau pasar swap.

1. Pasar spot : Kurs pada  pasar spot bersifat langsung atau tidak langsung. Mata uang yang dibeli atau dijual pada pasar spot umumnya harus dikirimkan secepatnya, yaitu dalam jangka waktu 2 hari kerja. Kurs di pasar spot dipengaruhi berbagai faktor, antara lain :
a. Perbedaan tingkat inflasi antar negara,
b. Perbedaan pada saham nasional, dan
c. Ekspektasi mengenai arah tingkat mata uang selanjutnya.

2.    Pasar forward :  persetujuan untuk mentranslasikan sejumlah mata uang yang telah ditetapkan untuk masa yang akan datang.  Transaksi pada pasar forward mendapatkan potongan atau premi dari pasar spot. Pasar forward dan pasar spot sering menawarkan bid (penawaran) dan ask (permintaan). Bid yaitu jumlah yang dibayarkan pedagang untuk suatu mata uang asing. Ask yaitu kurs yang diminta pedagang yang menjual suatu mata uang asing.

3.    Transaksi kurs swap yang melibatkan pembelian spot dan penjualan forward yang simultan, atau penjualan spot dan pembelian forward mata uang asing terjadi terjadi bersamaan.


EFEK TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DARI KURS-KURS TRANSLASI ALTERNATIF
            Tiga jenis kurs yang dapat digunakan untuk mentranslasikan saldo valuta asing kedalam valuta domestik, yaitu :
A. Kurs berlaku adalah kurs yang berlaku pada tanggal laporan keuangan.
B. Kurs historis adalah kurs yang berlaku pada saat aset valuta asing pertama kali diperoleh atau ketika kewajiban valuta asing terjadi.
C. Kurs rata-rata adalah terdiri dari rata-rata sederhana atau rata-rata tertinbang dari kurs berlaku maupun kurs historis karena kurs rata-rata hanya merupakan variasi sederhana dari kurs berlaku atau historis.
            Efek-efek arus laporan keuangan yang karena menggunakan kurs historis ataupun kurs berlaku sebagai koefisien translasi valuta asing adalah nilai tukar historis umumnya mempertahankan biaya awal yang ekuivalen dari item valuta asing dalam laporan valuta domestik. Apabila perusahaan anak membeli aktiva atau persediaan di luar negeri yang akan dicatat di laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan nilai tukar pertama kali walaupun nilai tukar mengalami penurunan dan oersediaan masih ada maka tetap mentranslasikannya dengan biaya awal yang berlaku saat oersediaan dibeli.
            Dalam translasi mata auang asing terdapat tipe dalam Penyesuaian Tukar-Menukar, yaitu :

A. Transaksi Mata uang asing
Kriteria dalam Mata Uang Fungsional
Faktor Ekonomi
Mata Uang Lokal sebagai Mata Uang Fungsional
Mata Uang Induk Perusahaan sebagai Mata Uang Fungsional
Arus Kas
Menggunakan mata uang local dan tidak berpengaruh terhadap arus kas
Berpengaruh secara langsung terhadap arus kas dan dikembalikan ke induk perusahaan
Harga Jual
Sangat tidak peduli dengan tingkat perubahan nilai tukar dan diatur oleh kompetisi local
Responsif terhadap perubahan nilai tukar dan dilakukan oleh kompetisi internasional
Harga Pasar
Kebanyakan pada negara adidaya dan menggunakan mata uang local
Kebanyakan pada negara induk dan menggunakan mata uang negara induk
Anggaran Biaya
Sering terjadi pada daerah local
Sangat berkaitan dengan faktor produktif yang diberikan dari induk perusahaan
Keuangan
Menggunakan mata uang local dan dilayani oleh operasional local
Diberikan oleh induk perusahaan atau bergantung pada induk perusahaan agar memenuhi kewajiban jangka panjang
Internal Perusahaan
Jarang, tidak ekstensif
Sering kali dan transaksi yang ekstensif


B. Perspektif Transaksi Tunggal
            Pada transaksi tunggal, penyesuaian nilai tukar (baik stabil atau tidak stabil) dimasukkan sebagai penyesuaian terhadap pembukuan transaksi awal dengan alasan bahwa transaksi dan perjanjiannya merupakan kejadian tunggal.

C. Perspektif Transaksi Ganda
 Pada perspektif transaksi ganda, penerimaan piutang mempertimbangkan kejadian yang terpisah dari penjualan yang memberikan tambahan pendapatan.

Keuntungan dan Kerugian Translasi Mata Uang Asing
Pendekatan akuntansi untuk penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu:
1. Penangguhan
            Dikeluarkannya penyesuaian translasi dari laba periode sekarang umumnya dianjurkan karena penyesuaian ini hanyalah hasil dari proses penyajian ulang. Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari entitas asing. Oleh karena itu, akan cenderung menyesatkan jika memasukan penyesuaian seperti itu ke dalam laba sekarang. Berdasarkan keadaan ini, penyesuaian translasi harus diakumulasi secara terpisah sebagai bagian ekuitas konsolidasi.
2. Penangguhan dan Amortisasi
            Beberapa pihak mendukung penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos neraca terkait.
3. Penangguhan Sebagian
            Pilihan ketiga dalam akuntansi ntuk keuntungan atau kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan. Meskipun terdengar konservatif, penangguhan keuntungan translasi semata-mata hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
4. Tidak Ada Penangguhan
            Pilihan terakhir adalah untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin, pilihan ini memandang penangguhan dalam bentuk apa pun bersifat palsu dan cenderung menyesatkan.

B.    Metodologi Translasi Mata Uang Asing
1.    Metode Nilai Tukar Tunggal
            Kurs terkini atau kurs penutupan untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan  dan beban dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap mempertahankan hubungan laporan keuangan perusahaan secara individu pada awalnya (seperti rasio keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan  satu kurs tunggal.
            Metode kurs kini mengasumsikan bahwa seluruh aktiva dalam mata uang lokal menghadapi risiko nilai tukar karena kurs nilai kini mengubah seluruh aktiva kini luar negeri setiap terjadi perubahan nilai tukar. Nilai persediaan dan aktiva tetap didukung oleh inflasi lokal. Dengan mentranslasikan seluruh saldo dalam mata uang asing dengan menggunakan kurs kini menghasilkan keuntungan dan kerugian translasi setiap kali terjadi perubahan kurs nilai tukar. Kebanyakan keuntungan dan kerugian ini tidak akan pernah direalisasi penuh.

2.    Metode Nilai Tukar Ganda
a.    Metode Current-Noncurrent
            Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
            Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.

b.    Metode Moneter-Nonmoneter
            Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
            Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.

c.    Metode Kurs Sementara
            Translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang niai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang dominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayarkan pada saat jatuh temponya. Aktiva dan kewajiban lain-lain diukur sebesar harga uang saat pos-pos tersebut diakuisisi atau terjadi (harga historis). Namun demikian, beberapa pos diukur sebesar harga yang terjadi per tanggal laporan keuangan (harga kini), seperti persediaan berdasarkan aturan mana yang lebih rendah antara biaya perolehan atau harga pasar.
            Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos pendapatan dan beban ditranslasikan sebesar kurs yang terjadi pada saat transaksi berlangsung. Metode temporal memiliki keuntungan dan kerugian yang sama dengan metode moneter nonmoneter karena sengaja mengabaikan inflasi local, metode ini memiliki keterbatasan dengan metode translasi lain.Akuntansi biaya historis juga mengabaikan inflasi. 

Perkembangan Akuntansi Translasi pada Translasi Mata Uang Asing
                Praktik akuntansi translasi telah berkembanga dari waktu ke waktu sebagai jawaban atas kompleksitas operasi multinasional yang meningkat dan perubahan sistem moneter internasional. Untuk memberikan beberapa sudut pandang sejarah terhadap status akuntansi translasi yang ada sekarang, berikut ini narasi singkat mengenai inisiatif pelaporan keuangan di Amerika Serikat yang mewakili pengalaman di negara-negara lain.

1.    Sebelum 1965
            Accounting Research Bulletin (ARB) NO. 4 kemudian diperbaharui dengan ARB NO. 43 mendorong penggunaan metode kini-non kini. Keuntungan atau kerugian transaksi langsung dimasukan kedalam laba. Keuntungan atau kerugian transaksi bersih disaling hapuskan selama periode berjalan. Sedangkan untuk kerugian transaksi bersih ditangguhkan dalam penundaan neraca dan digunakan untuk menghapuskan kerugian translasi pada masa mendatang.

2.    1965 – 1975
            Bab 12 ARB No 43 memperbolehkan pengecualian tertentu atas metode kini-non kini dalam keadaan tertentu. Persediaan dapat ditranslasikaan berdasarkan kurs historis. Utang jangka panjang yang timbul karena pembelian aktiva jangka panjang dapat ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Setiap perbedaan akuntansi yang disebabkan oleh penyajian ulang utang diberlakukan sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. Mentranslasikan seluruh utang dan piutang dalam mata uang asing berdasarkan kurs kini diperbolehkan setelah Accounting Principle Board Opinion No. 6 dikeluarkan pada tahun 1965.

3.    1975 – 1981
            FASB mengeluarkan FAS No.8 yang kontroversial pada tahun 1975, mengubah praktik di AS dan praktik sejumlah perusahaan asing yang menggunakan GAAP AS karena mengharuskan penggunaan metode translasi temporal. Penangguhan keuntungan dan kerugian translasi tidak diperbolehkan lagi dan harus diakui dalam laba selama periode perubahan kurs nilai tukar.
            Reaksi perusahaan terhadap FAS No. 8 beraneka ragam. Beberapa pihak mendukung dasar teori yang digunakan, sedangkan yang lain mengecam karena distorsi yang dapat ditimbulkan dalam laba perusahaan yang dilaporkan. FAS No.8 menyebabkan hasil akuntansi yang tidak sesuai dengan kenyataan ekonomi. Pengaruh yo-yo FAS No.8 terhadap laba perusahaan menimbulkan perhatian di kalangan eksekutif sejumlah perusahaan yang dilaporkan akan terlihat lebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan multinasional. Mereka mengkhawatirkan laba perusahaan yang dilaporkan akan terlihat  ebih fluktuatif bila dibandingkan dengan laba perusahaan domestik dan dengan demikian akan menekan harga saham perusahaan.

4.    1981 – hingga kini
            FASB mempertimbangkan kembali FAS no 8 dan setelah melalui banyak pertemuan publik dan dua draft sementara, menerbitkan Statement Of Financial AccountingStandars No.52 pada tahun 1981.

Gambaran Standar NO. 52/Standar Akuntansi Internasional 21
                Tujuan translasi mata uang asing dalam FAS No.8 berbeda secara substansi dari FAS  No.52 FAS No.8, mengadopsi perspektif induk perusahaan dengan memberi syarat bahwa laporan keuangan mata uang asing dipresentasikan jika seluruh transasi mengikuti mata uang yang digunakan induk perusahaan. Lebih jauh, mata uang fungsional menunjukkan pilihan metode translasi mata uang asing yang digunakan untuk tujuan usaha gabungan dan disposisi keuntungan dan kerugian nilai tukar.

Translasi saat Mata Uang Lokal adalah Mata Uang Fungsional
Prosedur kurs saat ini yang digunakan adalah:
a. Seluruh asset dan kewajiban asing yang ditranslasikan terhadap dolar menggunakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal neraca; akun modal ditranslasikan pada kurs historis.

b. Pendapatan dan beban ditranslasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada waktu transaksi, walaupun nilai tukar rata-rata tambahan dapat digunakan untuk kelayakan.

c. Keuntungan dan kerugian dilaporkan dalam komponen ekuitas gabungan pemegang saham yang terpisah. Penyesuaian nilai tukar tersebut tidak dimasukkan ke dalam laporan laba-rugi hingga operasional luar negeri telah terjual atau investasi telah diputuskan tidak bernilai.

Translasi saat Mata Uang Induk Perusahaan adalah Mata Uang Fungsional
a. Aset dan kewajiban serta nonmoneter bernilai pada harga pasar saat itu ditranslasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada saat laporan keuangan; item nonmoneter lainnya dan modal ditranslasikan pada kurs historis.
b. Pendapatan dan beban ditranslasikan menggunakan nilai tukar rata-rata untuk periode kecuali item yang berhubungan dengan item nonmoneter (contoh: biaya penjualan dan beban depresiasi), yang ditranslasikan menggunakan kurs historis.
c. Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing direfleksikan dalam pendapatan lancar.
Translasi saat Mata Uang Asing adalah Mata Uang Fungsional
            Usaha gabungan asing mungkin akan tetap mencatat pembukuannya dalam satu mata uang asing saat mata uang fungsionalnya adalah mata uang asing lain. Dalam situasi ini, laporan keuangan akan dihitung ulang dari mata uang local ke dalam mata uang fungsional (metode kurs sementara) lalu ditranslasikan ke dalam dolar AS menggunakan metode kurs saat ini.

Praktik-Praktik Translasi Mata Uang Asing Diberbagai Negara
A. JERMAN
            Di Jerman tidak ada kewajiban dari pemerintah atau akuntansi professional yang berkenaan dengan proses translasi valuta asing. Institut der Wirtschaftsprüfer merekomendasikan agar metode translasi yang digunakan serta penyesuaian translasi yang timbul dari proses translasi diungkapkan.
Praktik-praktik translasipersahaan Jerman umumnya mencerminkan variasi metode kurs berlaku misalnya:
Schering mentranslasikan :
aktiva tetap (selain pinjaman) dan depresiasi terkait memakai kurs historis dan aktiva dan kewajiban lain memakai kurs tengah-pasar (kurs penutupan). Kurs impor khusus diterapkan untuk mentranslasikan kewajiban yang terkait dengan impor. Kecuali depresiasi, yang memakai kurs historis, item laba dan pengeluaran ditranslasikan memakai kurs rata-rata dari tahun yang dimaksud. Perbedaan translasi dimasukkan kedalam perkiraan laba-rugi.
Sedangkan Thyssen:
Aktiva dan kewajiban dalam neraca perusahaan non-Jerman yang terkonsolidasi ditranslasikan memakai kurs berlaku rata-rata, bagi beban dan laba dalam laporan laba-rugi umumnya memakai kurs rata-rata tahunan. Laba bersih dan perubahan dalam cadangan didasarkan pada kurs berlaku. Perbedaan translasi yang timbul dari pemakaian kurs berlaku dan kurs rata-rata disajikan dalam Beban operasi Lain-Lain atau Laba Operasi Lain-Lain.

B. BELANDA

            Tidak adanya aturan-aturan definitive yang mengatur translasi valuta asing untuk tujuan konsolidasi, kita harus melihat model pelaporan Belanda sebagai pedoman. Walaupun kurangnya pedoman dari pemerintah atau organisasi-organisasi profesi, praktik traanslasi Belanda sangat serupa dengan sebagian besar perusahaan yang memakai variasi dari metode kurs berlaku dan memasukkan kuntungan dan kerugian pertukaran dalam cadangan. Jadi, sementara perusahaan-perusahaan seperti Oce-van der Grinten dan Heineken mentranslasikan item-item neraca memakai kurs akhir tahun, aktiva tak berwujud Elsevier ditranslasikan memakai kurs historis. Praktik translasi dari Philips dijelaskan dibawah ini sebagai suatu standar perbandingan.
            Semua saldo baluta sing dalam neraca telah ditranslasikan kedalam guilder memakai kurs resmi pada tanggal neraca. Secara umum, kurs tengah (median) digunakan untuk mentranslasikan valuta yang memiliki nilai tukar tetap dalam hubungannya dengan guilder dan valuta lainnya.
            Perbedaan pertukaran yang timbul akibat fluktuasi kurs valuta asing yang digunakan untuk merekonsiliasi saldo-saldo perkiraan, baik dari perkiraan intra-perusahaan maupun dari perkiraan-perkiraan pihak ketiga, telah dimasukkan dalam laporan laba-rugi konsolidasi.
            Perbedaan pertukaran yang timbul akibat translasi modal perusahaan anak diluar negeri kedalam guilder telah dicatat sebagai perbedaan translasi kedalam modal.Dalam laporan laba-rugi konsolidasi, jumlah yang dinyatakan untuk penjualan, beban, dan hasil dari penyertaan luar negeri telah ditranslasikan ke guilder berdasarkan kurs periode yang bersangkutan. Saldo akhir tahun dari perkiraan-perkiraan laba bersih yang terkait telah ditranslasikan memakai kurs-kurs yang digunakan dalam neraca. Hasil translasi akhir tahun dan laporan laba-rugi konsolidasi langsung dicatat dalam modal.

C. INGGRIS
                Praktik translasi valuta di Inggris diatur oleh Statement of Strandard Accounting Practice No. 20, dikeluarkan pada bulan April 1983. SSAP 20 menyerupai FAS 52 dalam banyak hal. Untuk translasi, operasi luar negeri yang merupakan kelanjutan langsung dari perusahaan induk. Temporal diwajibkan bagi operasi dependen. Keuntungan dan kerugian translasi direfleksikan dalam laba berjalan. Metode kurs berlaku dipakai bagi perusahaan anak yang dianggap sangat independen dari perusahaan induknya, keuntungan dan kerugian translasi dicatat sebagai penyesuaian atau cadangan neraca.
            Di Inggris, praktik translasi mengikuti aturan. Perusahaan yang disurvey untuk tujuan ini umumnya taat terhadap metode kurs berlaku dan memasukkan penyesuaian translasi dalam modal konsolidasi. Dalam penyelesaian translasi adalah keuntungan dan kerugian transakasi dari pinjama jangka panjang yang digunakan untuk membiayai atau meng-hedge investasi dalam operasi luar negeri.

D. JEPANG
            Meningkatnya investasi Jepang diluar negeri, Business Accounting Deliberation Council jepang mengeluarkan, pada Juli 1979, suatu standar akuntansi bagi translasi valuta asing. Yang menarik, ketetapan ini menggabungkan karateristik metode temporal dan metode kurs berlaku-historis. Secara khusus, laporan keuangan valuta sing harus ditranslasikan memakai kurs temporal kecuali aktiva dan kewajiban jangka panjang, yang ditranslasikan memakai kurs historis. Selain itu, keuntungan dan kerugian translasi dimasukkan kedalam perkiraan penyesuaian translasi dalam seksi aktiva atau kewajiban dan neraca.
            Dalam mengkaji praktik-praktik pelaporan di Jepang, harus dibedakan antara perusahaan yang mangikuti GAAP AS dengan perusahaan yang patuh pada prinsip yang diterima umum di Jepang. Perusahaan yang mengikuti norma akuntansi AS seperti Matsushita, Toshiba, Honda,dan Mitsubishi Electric, mempergunakan metode temporal, dengan keuntungan dan kerugian translasidimasukkan dalam laba berjalan. Perusahaan yang mengikuti GAAP Jepang memakai sejumlah metode yang beragam, mencerminkan keragaman yang merupakan ciri praktik yang ada di Jepang saat ini.

E. SWEDIA
            Rekomendasi yang dikeluarkan oleh Authorized Accountant Association (FAR) Swedia tahun 1978 bagi translasi laporan keuangan baluta asing terus dipakai. Berdasarkan rekomendasi, translasi menurut metode moneter-nonmoneter diterima secara umum. Selain itu pada tahuun 21979, Financial Accounting Standars Board (BFN) mengeluarkan sebuah usulan bagi rekomendasi baru yang didasarkan pada metode kurs berlaku. Usulan perubahan hukum akuntansi, usulan rekomendasi baru tersebut masih harus menantikan tindakan lebih lanjut setelah diajukan kepada pemerintah.

TRANSLASI MATA UANG ASING DAN INFLASI
            Suatu hubungan yang terbalik antara tingkat inflasi suatu negara dengan nilai eksternal valutanya telah dibuktikan secara empiris.Konsekuensinya,pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan biaya aktiva aktiva non moneter,yang terdapat dalam lingkungan inflasioner,pada akhirnya akan menghasilkan valuta domestik ekivalen yang jauh lebih rendah dari basis pengukuran aslinya.pada saat yang sama,laba hasil translasi akan lebih tinggi karena beban depresiasi yang lebih rendah.Hasil hasil translasi semacam itu dengan mudah bisa menyesatkan,bukannya membantu pemberian informasi.Valuasi nilai dolar yang lebih rendah biasanya akan meng-understate kemampuan laba aktual dari aktiva aktiva luar negeri dimasa depan.
            Daripada menangani isu isu diatas,FASB menentang penyesuaian inflasi yang dilakukan sebelum translasi,menganggap bahwa penyesuaian semacam itu tidak konsisten dengan kerangka penilaian biaya historis yang dipergunakan dalam laporan laporan keuangan dolar AS.Sebagai solusi awal,FAS No.52 mewajibkan pemakaian dolar AS sebagai valuta fungsional bagi operasi operasi luar negeri yang berdomisili dam lingkungan hiperinflasi,yaitu negara negara yang memiliki tingkat inflasi kumulatif melebihi 100% selama periode 3 tahun.Prosedur ini akan mempertahan nilai dolar ekivalen dari aset aset dalam valuta asing tetap konstan,karena aset aset tersebut sekarang akan ditranslasikan memakai kurs historis(per metode temporal).


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
                Translasi mata uang asing merupakan proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Translasi mata uang asing tidak sama dengan konversi (terjadi pertukaran fisik antar mata uang). Translasi mata uang asing merupakan translasi sederhana dalam satuan unit moneter. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi dalam translasi mata uang asing.  Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, pasar forward, dan pasar swap. Ada beberapa alasan perusahaan harus melakukan translasi mata uang asing adalah untuk mencatat transaksi mata uang asing, mengukur risiko suatu perusahaan terhadap pengaruh perubahan mata uang asing serta untuk menyampaikan informasi kepada pihak yang berkepentingan yang berada diluar negeri. Pendekatan akuntansi untuk penyesuaian translasi mata uang asing, yaitu bisa dengan penangguhan, penangguhan dan amortisasi, penangguhan sebagian, dan tidak ada penangguhan. Dalam melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestic dapat digunakan 3 nilai tukar yaitu antar lain kurs rata-rata (average), kurs historis (historical), dan Kurs kini (current).



DAFTAR PUSTAKA

Frederick D.S Choi, Gary K. Meek, International Accounting, Buku 1 Edisi 6, Penerbit: Salemba Empat
lana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24091/5+TranslasiMataUangAsing.ppt
https://www.scribd.com/doc/59166356/Makalah-Translasi-Akuntansi-Internasional
http://rifkahendrawansavitri.blogspot.co.id/2016/04/translasi-mata-uang-asing.html

http://kartikaratnas.blogspot.co.id/2016/04/akuntansi-internasional-bab-6-translasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About